Gondanglegi, 11 November 2024 – SMP dan SMA Plus Al-Falah Al-Makky menggelar kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema “Bhineka Tunggal Ika” yang berlangsung penuh semangat dan antusiasme. Acara ini digelar untuk memperkenalkan dan memperdalam pemahaman pelajar tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila, serta mengapresiasi keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Dengan menyuguhkan beragam budaya Nusantara, acara ini menjadi kesempatan bagi para santri untuk mendalami semangat kebangsaan dan mempererat persatuan dalam keberagaman.
Dalam acara tersebut, para pelajar menampilkan berbagai pertunjukan budaya yang sarat makna, mulai dari tarian adat, makanan khas daerah, hingga miniatur rumah adat dari berbagai wilayah Indonesia. Kehadiran karya-karya ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga simbol kebhinekaan Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan.
Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Dr. KH. Luqman Hakim, M.Pd., selaku pimpinan pondok pesantren. Dalam sambutannya, beliau menekankan betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan generasi muda. Beliau juga menyampaikan bahwa sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, adalah dasar kuat yang menjadi pegangan dalam kehidupan beragama, termasuk bagi para santri. “Sebagai santri, kita memiliki tanggung jawab bukan hanya untuk menuntut ilmu agama, tetapi juga untuk menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari dan menjaga nama baik pesantren di tengah masyarakat,” ujar beliau dengan penuh makna.
Dr. KH. Luqman Hakim, M.Pd. menekankan bahwa nilai Ketuhanan yang terkandung dalam Pancasila mengajarkan kita untuk tidak berpaling dari perintah Tuhan dalam setiap langkah, serta menghargai perbedaan tanpa melupakan jati diri sebagai umat beragama. Selain itu, beliau mengajak para pelajar untuk menjadikan Pancasila sebagai landasan berperilaku baik, membangun karakter unggul, serta memperkuat toleransi dalam pergaulan sehari-hari.
Acara tersebut meliputi tarian tradisional dengan penuh semangat dan kesungguhan, menampilkan gerakan khas dari berbagai suku di Indonesia. Setiap gerakan, kostum, dan musik yang mengiringi tarian seakan membawa para hadirin ke daerah asal tarian tersebut. Suasana penuh keceriaan ini menjadi momen yang mengingatkan kita akan kekayaan budaya Indonesia yang begitu beragam namun tetap menyatu.
Para penampil tidak hanya menampilkan gerakan tarian, tetapi juga mempersiapkan kostum dan aksesoris yang mendetail dan menyerupai aslinya. Dengan memakai pakaian tradisional dan perhiasan khas, para santri terlihat sangat berkarakter dalam setiap tarian yang mereka bawakan. Penonton pun tak henti-hentinya memberikan tepuk tangan meriah, menunjukkan apresiasi mereka terhadap usaha para santri dalam melestarikan budaya tradisional. Setiap tarian yang dipersembahkan seolah menjadi pengingat bahwa Indonesia bukan hanya kaya akan budaya, tetapi juga memiliki kekuatan dalam keberagaman.
Sementara itu, stan makanan daerah juga tak kalah menarik perhatian. Berbagai masakan khas dari berbagai provinsi disuguhkan, menambah kesan autentik pada acara tersebut. Tidak hanya sekadar mencicipi, para hadirin juga diberikan penjelasan tentang asal-usul makanan dan cara pembuatannya, sehingga mereka tidak hanya menikmati cita rasa, tetapi juga memperoleh wawasan tentang latar belakang budaya di balik setiap hidangan.
Dengan beragam stan yang mewakili makanan khas daerah, acara ini berhasil menciptakan suasana yang begitu hidup dan berwarna, membawa para hadirin untuk merasakan keragaman Indonesia dalam setiap gigitan. Terdapat juga kesempatan bagi para santri untuk berdiskusi dengan rekan-rekannya tentang makanan daerah masing-masing, sehingga tercipta pemahaman yang lebih luas mengenai kekayaan kuliner tanah air.
Stan-stan tersebut tidak hanya memperkenalkan masakan khas Nusantara, tetapi juga menjadi medium edukatif bagi para santri untuk memahami filosofi dari makanan daerah tersebut.
Acara ini semakin lengkap dengan hadirnya miniatur rumah adat dari berbagai provinsi di Indonesia, yang memberikan gambaran mendalam mengenai keberagaman arsitektur dan budaya lokal. Para santri dengan teliti membuat miniatur rumah adat. Setiap miniatur dirancang dengan memperhatikan detail, menampilkan ciri khas setiap rumah adat dan filosofinya.
Miniatur-miniatur ini tidak hanya menjadi pajangan, tetapi juga berfungsi sebagai sarana edukasi bagi para santri dan pengunjung yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai makna dari setiap struktur arsitektur. Rumah adat bukan hanya tempat tinggal; ia juga simbol budaya, sistem sosial, dan nilai-nilai kehidupan masyarakat di tiap daerah.
Acara P5 yang bertemakan “Bhineka Tunggal Ika” ini menjadi salah satu bentuk implementasi langsung nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan pendidikan. Di masa depan, kegiatan seperti ini diharapkan dapat terus dilaksanakan untuk memperkuat jiwa Pancasila di kalangan pelajar, sehingga mampu menghasilkan generasi yang tidak hanya berpengetahuan, tetapi juga berkarakter, cinta tanah air, dan berjiwa kebangsaan.