Malang, 15 Agustus 2025 – Pesantren Alfalah Almakky berhasil menuntaskan angkatan pertama program spiritual intensif “Ar-Riyadhoh Tahfidzul Qur’an”. Program unik ini menantang para santriwati penghafal Al-Qur’an untuk mengkhatamkan 30 juz setiap hari sambil berpuasa selama 41 hari berturut-turut. Angkatan perdana yang terdiri dari tujuh peserta ini resmi menyelesaikan riyadhoh mereka pada 10 Agustus 2025 lalu.
Program yang digagas oleh Pengasuh PP. Alfalah Almakky, Ibu Nyai Hj. Azizah, ini dirancang khusus untuk memperkuat dan menjaga hafalan Al-Qur’an (mutqin) sekaligus sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarrub ilallah).
“Riyadhoh ini adalah tentang menyedikitkan berbicara dengan manusia dan memperbanyak interaksi dengan Al-Qur’an. Ketenangan yang didapat hanya bisa dirasakan oleh mereka yang menjalaninya,” ungkap Nyai Hj. Azizah. Beliau menambahkan bahwa durasi 41 hari merupakan anjuran dari para guru beliau terdahulu, sebuah tradisi spiritual yang terus dijaga.
Ketujuh peserta yang berhasil menyelesaikan program ini adalah:
- Azka Maimunah Hakim (putri pengasuh PP. Alfalah Almakky)
- Imam Melya (santri PP. Alfalah Almakky)
- Syila Rif’ah Ummi Ruhama (santri PP. Al Hadi, Pujon, Malang)
- Adelia Kirana Pradita Putri (santri PP. Al Hadi, Pujon, Malang)
- Saskya Ainna Azzuhriyah (santri PP. Al Hadi, Pujon, Malang)
- Silky Nabawiyah Ummi Fathin (santri PP. Al Hadi, Pujon, Malang)
- Syaima Najmiy Al Rufayyiq (santri PP. Al Hadi, Pujon, Malang)
Karena adanya masa udzur (halangan syar’i bagi perempuan), total waktu yang dibutuhkan para peserta untuk menyelesaikan 41 hari riyadhoh adalah 55 hari, yang menunjukkan betapa ketat dan disiplinnya program ini.
Rutinitas Spiritual yang Padat
Salah seorang peserta dari Ponpes Ribath Tahfidh Al Qur’an Al Hadi menceritakan pengalamannya. Baginya, tujuan utama mengikuti riyadhoh ini adalah untuk memperkuat dan menjaga hafalan. Ia membagikan rutinitas harian yang luar biasa padat:
“Kami bangun pukul 03.30 untuk sholat tahajud dan sahur. Sambil menunggu Subuh, kami mulai mengaji. Setelah sholat Subuh, kami lanjut mengaji tanpa henti hingga waktu Dhuhur, dan biasanya pada waktu itu sudah khatam 30 juz. Setelah sholat Dhuhur, kami beristirahat hingga Ashar,” tuturnya.
Aktivitas tidak berhenti di situ. Sore hari diisi dengan kegiatan bersih-bersih, mengikuti pengajian Diniyah bersama Dr. KH. Luqman Hakim, M.Pd., lalu berbuka puasa. Malam hari, setelah sholat Maghrib, dilanjutkan dengan doa Khotmil Qur’an bersama Ning Ziz dan tawashul, sebelum kembali melanjutkan setoran hafalan hingga pukul 23.00 malam.
“Alhamdulillah, saya telah menyelesaikan riyadhoh 41 kali khatam,” ujarnya dengan penuh syukur.
Visi dan Harapan Pengasuh
Dr. KH. Luqman Hakim, M.Pd., selaku pengasuh PP. Alfalah Almakky, menjelaskan bahwa program baru ini menuntut para peserta untuk fokus sepenuhnya. Para peserta ditempatkan di musholla putri dan tidak diperkenankan berinteraksi dengan santri lain di luar kebutuhan pokok seperti makan dan mencuci.
“Anak yang riyadhoh ini tidurnya terpisah, interaksinya minim. Murni hanya puasa dan mengkhatamkan Al-Qur’an setiap hari. Mereka hanya keluar untuk mengikuti ngaji sore Diniyah dan sholat berjamaah agar tidak ketinggalan kegiatan wajib pondok,” jelas KH. Luqman Hakim.
Beliau menambahkan, syarat utama untuk mengikuti program ini adalah telah hafal 30 juz. “Peserta pertama adalah anak saya sendiri, Ning Ayik, dan santri kami, Imam Melya. Kemudian disusul oleh lima santriwati dari PP. Al Hadi, Pujon, Malang,” katanya.
Program ini mendapat sambutan hangat dari pihak luar. Pengasuh PP. Al Hadi, KH. Khoirul Huda, merasa sangat terkesan dan berencana akan mengirimkan lebih banyak santriwatinya untuk mengikuti riyadhoh di tahun mendatang.
Untuk saat ini, kapasitas peserta putri dibatasi maksimal 10 orang per angkatan dan dibuka sepanjang tahun di luar jadwal libur pondok. Rencana ke depan, program serupa untuk santri putra akan dibuka setelah pembangunan musholla putra di lantai dua selesai.
Dengan keberhasilan angkatan pertama ini, PP. Alfalah Almakky menunjukkan komitmennya dalam mencetak para penghafal Al-Qur’an yang tidak hanya kuat hafalannya, tetapi juga memiliki ketangguhan spiritual yang mendalam.





