Menghindari Penyakit “Hasad”
(Kajian Tasawwuf , Kitab Sirojut Tholibin Karya Imam Al Ghozali
Oleh : Gus H. Luqman Hakim, M. Pd.)
Hasad, adalah termasuk penyakit hati yang paling sulit diobati. Hasad ialah iraadatusy syarri lilghoiri(menginginkan keburukan pada orang lain) dengan tujuan agar nikmat yang dimiliki orang lain itu hilang. Hasadadalah tindakan yang tidak berguna, orang yang hasud itu tidak akan jadi pemimpin. Pepatah Arab mengatakan “al hasuud laa yasuud”, Orang yang hasud itu buta hatinya, dan tidak tidak akan menjadi ahlul ‘ilmi dan tidak akan faham hukum Allah, maka wara’lahterhadap sesuatu yang tidak ada gunanya. Karena melakukan sesuatu yang tidak berguna itu seperti orang yang tidak berakal, karena setelah nanti kita mati, akan menemukan kesia-siaan waktu dan umur yang dianugerahkan kepada kita, padahal dunia adalah ladang akhirat.
Semakin seseorang itu mencapai kesuksesan, maka akan semakin banyak yang hasud. Bahkan sebagian orang arab bila bertemu orang baik yang telah dikenal, sebagai bentuk keakraban, dalam canda mereka, mereka berdoa Allohu yukatssir hussaadak (semoga Allah memperbanyak orang yang hasud kepadamu). Dan tanpa di sadari, lisan orang yang hasud itu mengantarkan untuk menampakkan fadhilah orang yang dihasud yang sebelumnya tidak diketahui. Orang yang hasud seperti layaknya orang yang dholim, ia bahkan akan merasakan sakit sebelum orang yang dihasadi.
Termaktub dalam hadis dari ‘Abdulloh bin Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda : “Tidak boleh hasad (ghibthoh) kecuali pada dua orang : orang yang diberi ilmu dan ia mengamalkannya, orang yang diberi harta dan ia menafkahkannya.” Yang dimaksud hasaddisini adalah ghibthoh, yakni menginginkan nikmat Allah, seperti yang diberikan kepada orang lain”.
Adapun cara agar terhindar dari penyakit hasad adalah, memperbanyak membaca doa Allohumma laa ‘aisya illa ‘aisyal akhirat, ketika melihat barang dunia orang lain dan kita ingin memilikinya. InsyaAllah hasad yang tidak penting itu akan hilang.
Kemudian ketika ada teman yang sukses, lebih unggul dan mendapat kenikmatan, maka belajarlah untuk mengikhlaskan, mendukung mereka, dan merendahkan sifat tidak suka kita kepada mereka. Karena kalau kita tidak belajar, maka dikhawatirkan sifat hasad dalam hati kita akan terus tertanam dan justru berkembang. Kita perlu tahu, bahwa hasad juga bisa menjangkiti Ulama, tidak dapat menghalangi hasad dalam diri seseorang, melainkan dirinya sendiri, tidak juga ilmu, harta, pangkat dan kedudukan, hanya orang yang dikuatkan oleh Allah swt yang sanggup ‘mengendalikan’ hasad yang timbul dalam dirinya.
Semoga Allah swt menghindarkan kita dari penyakit hasad, dan semoga bermanfaat. Amiin.